KURASI MEDIA – Pemerintah resmi membentuk Badan Industri Mineral (BIM) yang akan berfokus mengawal dan mengelola sumber daya mineral strategis, termasuk rare earth elements (REE) atau logam tanah jarang yang kini menjadi komoditas penting dunia.
Langkah ini dinilai strategis mengingat kebutuhan global terhadap rare earth semakin meningkat, terutama untuk produksi baterai kendaraan listrik (EV), chip semikonduktor, hingga teknologi pertahanan.
Rare Earth, Komoditas Masa Depan
Rare earth atau logam tanah jarang merupakan elemen mineral yang sulit ditemukan dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Beberapa di antaranya adalah neodymium, dysprosium, yttrium, dan terbium.
Baca Juga:Demo Serentak 28 Agustus: 1 Juta Buruh Turun ke Jalan, Tuntut 6 Isu Utama KetenagakerjaanKementerian Komdigi Panggil TikTok & Meta : Desak Bersihkan Konten Berbahaya
Indonesia diyakini menyimpan potensi besar mineral ini, terutama di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selama ini, pengelolaan rare earth belum optimal dan sebagian besar masih bergantung pada impor.
“Dengan adanya BIM, pemerintah memastikan pengelolaan mineral strategis ini lebih terintegrasi, transparan, dan mendukung industrialisasi nasional,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Tugas Utama Badan Industri Mineral
Badan Industri Mineral akan mengemban sejumlah tugas strategis, di antaranya:
- Mengatur tata kelola eksplorasi dan produksi rare earth secara berkelanjutan.
- Mengawasi rantai pasok dari hulu ke hilir agar tidak terjadi kebocoran sumber daya.
- Mendorong investasi dalam teknologi pengolahan mineral strategis.
- Membuka peluang kerja sama internasional, terutama dengan negara yang membutuhkan pasokan rare earth.
Selain rare earth, BIM juga akan memantau mineral strategis lain seperti nikel, kobalt, dan bauksit yang berkaitan langsung dengan transisi energi.
Implikasi bagi Ekonomi Nasional
Pembentukan BIM diperkirakan memberi dampak positif pada ekonomi Indonesia. Dengan tata kelola yang lebih baik, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama dalam rantai pasok global energi bersih dan teknologi tinggi.
Ekonom menilai, bila dikelola dengan benar, rare earth bisa menyumbang devisa besar, membuka lapangan kerja baru, serta memperkuat posisi Indonesia dalam geopolitik mineral dunia.
“Indonesia jangan hanya jadi penonton. Dengan rare earth, kita bisa masuk ke peta industri global, bukan sekadar pengekspor bahan mentah,” ujar pengamat energi dari Universitas Indonesia.