Hasilnya, Kota Cimahi kini memiliki sistem pengelolaan sampah yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga berakar kuat pada partisipasi masyarakat, diperkuat oleh regulasi yang mendukung, dan ditopang oleh infrastruktur modern.
Kolaborasi erat antara pemerintah pusat, daerah, dan warga ini menjadi bukti bahwa transformasi pengelolaan sampah yang berkelanjutan bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga dapat direplikasi di daerah lain yang menghadapi tantangan serupa.
Menuju Skala Lebih Besar: Inspirasi Bagi Wilayah Lain
Keberhasilan RW 10 Cipageran membuktikan bahwa perubahan dimulai dari komunitas, dan bisa memberikan dampak sistemik yang luas. Pendekatan edukatif, fasilitasi kader, serta penegakan kebijakan lokal yang terintegrasi menjadi kombinasi efektif dalam menciptakan kebiasaan baru yang berkelanjutan.
Baca Juga:Mendorong Perubahan dari Lingkungan RT: ISWMP Ajak Kabupaten Bandung Barat Memilah Dari SumberBupati Bandung Dorong Partisipasi Masyarakat Melalui Koperasi Merah Putih dalam Kelola Sampah
Model ini sangat memungkinkan untuk direplikasi di daerah lain di Cimahi, bahkan di kota/kabupaten lain yang menghadapi tantangan serupa. ISWMP menegaskan pentingnya kolaborasi multipihak—antara pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, serta lembaga pendamping—dalam membangun sistem pengelolaan sampah modern yang berkelanjutan.
Kota Cimahi kini menjadi contoh inspiratif bahwa dengan tekad, sistem, dan kolaborasi yang tepat, visi besar Zero Waste to TPA bukan sekadar mimpi—melainkan sebuah langkah yang nyata dan bisa ditiru oleh daerah lain di Indonesia.
***