Intervensi utama yang dilakukan meliputi penyediaan alat pemilahan di setiap rumah, pelatihan teknis pengelolaan sampah organik dan anorganik, serta pembentukan tim pengelola di tingkat RT yang bertanggung jawab atas penimbangan, pencatatan, dan distribusi sampah ke pengepul atau komposter.
Dampak Positif: Capaian Signifikan dalam 2 Bulan
Dua bulan pendampingan yaitu selama periode Januari-Februari 2025, membuahkan hasil nyata. Jumlah rumah tangga yang memilah meningkat drastis:
Cikahuripan
– Jumlah KK di Pilot Project: 46 KK
– Jumlah KK Memilah Sebelum Pilot Project: 10 KK
– Jumlah KK Memilah Setelah Pilot Project: 46 KK
– Capaian: 100%
Citapen
– Jumlah KK di Pilot Project: 75 KK
– Jumlah KK Memilah Sebelum Pilot Project: 12 KK
– Jumlah KK Memilah Setelah Pilot Project: 60 KK
– Capaian: 80%
Pengurangan sampah tercatat signifikan: rata-rata pengurangan sekitar 49–52 kg per pengangkutan untuk sampah organik, dan 10–20 kg untuk sampah daur ulang di masing-masing wilayah. Keberhasilan ini turut didukung para offtaker seperti bank sampah dan rumah maggot, serta adanya komitmen RT dan dukungan dari DLH Kabupaten Bandung Barat.
Baca Juga:Bupati Bandung Dorong Partisipasi Masyarakat Melalui Koperasi Merah Putih dalam Kelola Sampah60 Persen Sampah di Jabar dari Rumah Tangga, KLH Tegaskan TPS Liar Coret Adipura
Warga mulai memanfaatkan hasil pilahan untuk pengomposan mandiri atau dijual ke bank sampah dan pengelola maggot. Infrastruktur dasar seperti ember pilah, spanduk edukasi, dan logbook pencatatan disediakan melalui dukungan program.
“Pemilahan sampah adalah kunci agar sampah dapat dikelola dengan baik. Dengan sampah yang terpilah, maka sampah dapat diolah lebih lanjut, misalnya sampah organik menjadi kompos, sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi produk yang berguna. Sehingga hanya residu yang dibuang ke TPA. Jika ini terjadi, sampah yang diangkut ke TPA akan berkurang dan usia TPA akan lebih panjang” ujar Sandhi Eko Bramono, Ph.D, Ketua CPMU ISWMP.
Kolaborasi Jadi Kunci
Keberhasilan Pilot project pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung Barat tidak lepas dari kolaborasi berbagai pihak yang terlibat secara aktif. Mulai dari fasilitator lapangan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), pemerintah desa, kader posyandu, hingga Puskesmas, semuanya berperan penting dalam mendukung perubahan perilaku masyarakat.
Dari sisi sarana, intervensi ISWMP menyediakan berbagai dukungan seperti ember pilah, timbangan sampah, spanduk edukasi, serta insentif sosial berupa stiker sebagai bentuk apresiasi kepada warga yang berpartisipasi aktif.