KURASI MEDIA – Kremlin, pada hari Selasa, dengan tegas menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk kekhawatiran setelah mata uang rubel melemah dan melewati level 100 terhadap dolar pada awal perdagangan sebelum sedikit pulih. Pelemahan rubel ini dipicu oleh aliran keluar mata uang asing.
Mata uang Rubel terakhir kali turun ke angka tiga digit pada bulan Agustus, yang memicu tindakan darurat dari Bank of Russia yang menaikkan suku bunga sebesar 350 basis poin menjadi 12%. Pemerintah juga sedang membahas kemungkinan untuk mengenalkan kembali kontrol mata uang untuk menjaga stabilitas rubel.
Pada pukul 11.50 GMT, rubel berhasil menguat sebesar 0,6% terhadap dolar menjadi 99,17, setelah sempat mencapai 100,2550 pada awal perdagangan, mencatat level terendah dalam lebih dari tujuh minggu.
Baca Juga:20 Cara Menghasilkan Uang dari Rumah, Untung Banyak!Keuntungan dan Risiko Bisnis Online yang Perlu Diketahui!
Rubel juga mengalami kenaikan sebesar 1% terhadap euro, diperdagangkan pada level 104,91, dan menguat 0,5% terhadap yuan, mencapai 13,53.
Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, menegaskan, “Tidak ada alasan untuk kekhawatiran. Stabilitas makroekonomi sepenuhnya dijamin oleh tindakan-tindakan regulator makro dan pemerintah, jadi tidak ada alasan untuk khawatir di sini.”
Harga minyak mentah Brent, yang merupakan patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun sebanyak 0,8% menjadi $90,01 per barel, mencapai level terlemah dalam hampir satu bulan, meskipun masih jauh di atas rata-rata tahun 2023.
Biasanya, mata uang Rusia menghadapi tekanan pada awal setiap bulan karena kehilangan dukungan dari periode pajak akhir bulan, yang biasanya mendorong para eksportir untuk mengonversi pendapatan valuta asing mereka ke mata uang lokal.
“Minyak yang mahal dan kenaikan suku bunga acuan meningkatkan prospek rubel, tetapi dalam jangka menengah,” kata analis Promsvyazbank. Mereka memperkirakan bahwa rubel mungkin akan turun lebih jauh dari 100 terhadap dolar jika tidak ada langkah dukungan tambahan dari pemerintah.
HALANGAN PSIKOLOGIS
Pada bulan Agustus, penasihat ekonomi Presiden Vladimir Putin mencela bank sentral ketika rubel jatuh menjadi 101,75 per dolar. Mereka menyalahkan kebijakan bank sentral yang longgar sebagai tanda meningkatnya perselisihan internal.
“Level ini (100) bukanlah sebuah resistensi teknis, melainkan sebuah penghalang psikologis yang penting,” kata Alexei Antonov dari Alor Broker. “Untuk saat ini, semua indikasi menunjukkan bahwa Rubel akan terus melemah.”