KURASI MEDIA- Film “Di Ambang Kematian” telah resmi tayang sejak tanggal 28 September lalu. Film horor ini menampilkan bintang-bintang seperti Taskya Namya, Teuku Rifnu Wikana, Kinaryosih, dan Wafda Saifan Lubis. Film ini merupakan hasil karya dari Azhar “Kinoy” Lubis, dengan naskah ditulis oleh Erwanto Alphadullah. Cerita dalam film ini diadaptasi dari sebuah utas yang awalnya ditulis oleh @JeroPoint, yang konon didasarkan pada kisah nyata seorang korban pesugihan.
Kisah ini berawal pada akhir tahun 2001 di Sidoarjo, Jawa Timur. Nadia mulai merasa terbiasa dengan penyakit aneh yang menimpa ibunya (Kinaryosih). Ibu Nadia mengalami gejala seperti munculnya kudis di kulit, kadang-kadang mengalami halusinasi, dan seringkali terdiam dalam pemikirannya.
Namun, ada momen ketika ibunya kembali seperti dirinya yang dulu, hangat dan selalu menantikan momen Tahun Baru yang akan datang. Saat Nadia akan memberikan makanan kepada ibunya, ibunya memberikan pesan agar mereka mengikuti aturan dan petunjuk ayah mereka “untuk tetap selamat.” Tiba-tiba, ibunya tiba-tiba muntah darah.
Baca Juga:Jelang FIFA Matchday Indonesia Lawan Brunei, Shin Tae Yong Siapkan Pemain IniManfaat Buah Strawberry untuk Kesehatan Tubuh, Simak di Sini!
Saat pergantian tahun, ibu mereka menjadi sehat dan bahagia. Ia menyiapkan hidangan malam tahun baru untuk keluarga mereka. Suasana gembira pun terasa di antara Suyatno (Teuku Rifnu Wikana), Nadia, dan Yoga.
Namun, di tengah perayaan yang penuh kebahagiaan dengan petasan dan kembang api, ibu mereka meninggal dengan cara yang mengerikan. Nadia dan Yoga harus menghadapi kehidupan tanpa kehadiran ibu mereka, sementara ayah mereka memiliki kebiasaan yang dianggap aneh. Rumah mereka selalu dalam proses renovasi tanpa henti, dan ayah mereka semakin sibuk dengan bisnis toko sembakonya.
Bisnis Suyatno berkembang pesat, dan pelanggan dari toko sebelah bahkan beralih ke toko miliknya tanpa alasan yang jelas. Namun, Yoga mulai merasa ada yang aneh dengan perilaku ayahnya. Saat ia memutuskan untuk mengintip apa yang ayahnya lakukan setiap malam Selasa Kliwon, hidup Yoga berubah drastis.
Sepuluh tahun kemudian, Yoga (Wafda Saifan Lubis), yang telah dewasa, menjalani kehidupan yang penuh ketegangan dan ketakutan. Ia seringkali mengalami serangan panik dan luka-luka tanpa alasan yang jelas. Nadia (Taskya Namya) berusaha membantu kakaknya dan mendorongnya untuk berkonsultasi dengan seorang psikiater. Merasa terpojok, Yoga akhirnya memutuskan untuk mengintip aksi ayah mereka secara diam-diam.