KURASI MEDIA- Seperti yang diungkapkan dalam judulnya, Chapter 1095 dari One Piece, yang berjudul “Lebih Baik Mati di Dunia Ini,” menghadirkan narasi yang mendalam dan gelap dari tenryuubito, sebuah elemen yang jarang dijamah dalam serial ini. Chapter ini menampilkan dominasi luar biasa dari Saint Jaygarcia Saturnus terhadap Jewelry Bonney dan Sanji, yang dengan mudah dikalahkan olehnya, memperkuat citranya sebagai karakter yang jahat dan kejam.
Saturnus membuat Bonney merasa tergoda dengan nasib tragis ayahnya, Bartholomew Kuma, melalui kenangan masa lalu Kuma. Hal ini mengungkapkan bagian dalam dari sejarah One Piece yang terjadi 38 tahun sebelum saat ini, yang berfokus pada Insiden God Valley. Dalam insiden ini, Gol D. Roger dan Monkey D. Garp melindungi Tenryuubito dari Bajak Laut Rocks.
Dalam kilas balik yang disajikan dalam chapter terbaru manga One Piece, kita menyaksikan kekejaman dan ketidakadilan yang dialami oleh Kuma, ayahnya, dan ibunya yang menjadi budak Tenryuubito. Kehidupan mereka dihancurkan dalam serangkaian peristiwa tragis yang mendemonstrasikan “banalitas kejahatan,” sebuah konsep yang pernah didefinisikan oleh filsuf Hannah Arendt.
Baca Juga:Identitas Gorosei di One Piece Terungkap! dari Jabatan hingga Kekuatannya3 Cara Mengatasi HP Xiaomi Stuck di Logo, Sudah Coba?
Sebagai anak, Kuma terpaksa menderita pelecehan harian, berpura-pura bahwa tuannya, Tenryuubito, adalah orang baik. Ibu Kuma meninggal akibat penderitaan, dan ayah Kuma, Clapp, mengatakan bahwa kemungkinan meninggal mungkin merupakan penyelesaian yang lebih baik, menggambarkan tingkat depersonalisasi yang menyiksa budak-budak.
Ketika Clapp mencoba memberikan semangat kepada putranya dengan menceritakan legenda tentang Nika, yang disebut “Genderang Pembebasan,” Tenryuubito membunuhnya dengan dingin, menganggap Clapp terlalu bising.
Lebih menyedihkan lagi, Tenryuubito tidak membunuh Clapp karena dia berbicara tentang Nika, tetapi hanya karena Clapp membuat terlalu banyak suara saat mencoba menghibur putranya. Tindakan Tenryuubito yang kejam dan tanpa ampun ini mengilustrasikan betapa jahatnya mereka, dan keabsurdan legitimasi mereka dalam melakukan perbuatan ini.
Kilas balik juga mengungkap bahwa Insiden God Valley terkait dengan kompetisi perburuan manusia yang diselenggarakan oleh Tenryuubito setiap tiga tahun sekali. Kompetisi ini memilih budak yang dianggap “sekali pakai” dan penduduk setempat sebagai target perburuan. Kompetisi ini pada dasarnya adalah genosida yang dijalankan semata-mata untuk hiburan mereka, dengan peserta diberi poin seperti dalam sebuah permainan, tanpa memandang nyawa manusia.