KURASI MEDIA – Beberapa masyarakat mempertanyakan perbedaan cacar air dan cacar monyet, di samping viralnya kasus cacar monyet di Indonesia. Simak penjelasan ahli di bawah ini.
Selain di Jakarta, baru-baru ini Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, menyampaikan bahwa satu kasus penyakit cacar monyet atau Monkeypox telah terdeteksi di Bandung, Jawa Barat. Dengan penambahan ini, jumlah kasus Monkeypox di Indonesia mencapai 21 kasus.
Menurut Nadia, terjadi peningkatan jumlah kasus Monkeypox (Mpox) dari laporan sebelumnya yang tercatat hingga tanggal 27 Oktober 2023 sebanyak 17 kasus, dan semuanya berasal dari DKI Jakarta. Dalam hasil penelusuran kontak erat terhadap 21 kasus cacar monyet, Nadia mengungkapkan bahwa semua hasilnya masih menunjukkan hasil negatif.
Baca Juga:Viral Baliho Thariq Halilintar Nyaleg DPRD Kabupaten Bogor, Pendidikan Terakhir Disoroti Warganet10 Langkah Membuat PPT di HP Tanpa Aplikasi, Sat Set Super Cepat
Adapun temuan kasus cacar monyet ini membuat sebagian masyarakat penasaran, apa perbedaannya dengan cacar air yang biasa terjadi?
Perbedaan Cacar Air dan Cacar Monyet
Dilansir dari laman Sehat Negeriku, karakteristik dari 14 kasus konfirmasi sebelumnya menunjukkan bahwa mayoritas berusia antara 25 hingga 29 tahun sebanyak 64%, sementara sisanya berusia 30 hingga 39 tahun sebanyak 36%.
Lebih lanjut, dari 14 pasien tersebut, 13 di antaranya mengalami gejala, sedangkan 1 pasien tidak menunjukkan gejala. Gejala yang paling umum adalah adanya lesi pada kulit (ruam merah, krusta, bernanah), disertai demam atau pembengkakan kelenjar, terutama di bagian paha. Selain itu, gejala lainnya mencakup sakit menelan, nyeri tenggorokan, sakit otot, menggigil, badan sakit, kelelahan, mual, dan bahkan ada yang mengalami diare.
“Ini gejala-gejala yang umumnya ada pada penderita Mpox. Tapi yang spesifik untuk membedakan Mpox dengan cacar air adalah adanya limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening,” kata dr. Maxi, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dikutip dari laman Sehat Negeriku.
Seluruh pasien yang terkonfirmasi adalah laki-laki dan mereka tertular melalui perilaku seks yang berisiko. Dari 14 kasus konfirmasi tersebut, 12 di antaranya dilaporkan berasal dari DKI Jakarta, dan 2 kasus lainnya berasal dari Tangerang.
Dari 12 kasus DKI Jakarta, 12 pasien diketahui sebagai laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis, 1 pasien biseksual, dan 1 pasien heteroseksual. Kemudian dari 14 pasien tersebut, 12 di antaranya memiliki kondisi penyakit penyerta, yaitu HIV, dan selain itu, ada 5 pasien dengan penyakit Sifilis.