KURASI MEDIA – Dalam konflik palestina- israel kita sedang diramaikan dengan aksi boikot produk pro Israel. Namun sering terjadi perdebatan mengenai hal itu, apakah efektif atau tidak. mari kita kupas bersama-sama mengenai efektivitas gerakan boikot ini.
Brayden King, seorang profesor di Northwestern University, menyimpulkan dalam artikelnya “Do Boycotts Work?” bahwa boikot cenderung lebih efektif dalam mengancam reputasi daripada menurunkan penjualan.
Peneliti Northwestern University, Jura Liaukonyte, Anna Tuchman, dan Xinrong Zhu, dalam artikel “Do Social Media Boycotts and Buycotts Translate to Real Sales Impact?” menyatakan bahwa dampak boikot, bahkan setelah skandal besar, tidak berlangsung lama.
Baca Juga:Viral! Nyamuk Buatan Bill Gates Bisa Cegah Penyakit DBD2 Sandera Israel Tewas Karena Ulah Israel Sendiri
Peneliti dari Florida Atlantic University, Paul Koku, Aigbe Akhigbe, dan Thomas Springer, dalam artikel “The Financial Impact of Boycotts and Threats of Boycott,” menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara boikot dan ancaman boikot, bahkan nilai perusahaan bisa meningkat karena popularitas yang meningkat.
Emily Kitazawa dalam artikel “Does Boycotting Work? Why It Actually Makes Things Worse?” menyimpulkan bahwa boikot seringkali tidak efektif bagi konsumen menengah bawah yang tidak mampu secara ekonomi untuk beralih ke produk lain, meskipun tidak semua boikot tidak efektif.
Profesor Daniel Diermeier dari Northwestern University, dalam artikel “When Do Company Boycotts Work?” menjelaskan beberapa faktor yang membuat boikot efektif, termasuk komitmen kuat konsumen terhadap tujuan boikot, biaya yang rendah untuk beralih ke produk lain, alasan boikot yang mudah dipahami, dan dukungan media massa yang luas.
Georgy Egorov dan Bard Harstad dari Northwestern University dan University of Oslo menyimpulkan dalam artikel mereka “Boycotts are more likely to be effective in industries which are highly competitive” bahwa boikot lebih efektif untuk produk yang saling berkompetisi ketat.
Organisasi Ethical Consumer dalam artikel “History of Successful Boycotts” mencatat sejarah kesuksesan boikot sejak tahun 1791 hingga masa modern, dengan tujuan boikot untuk menyampaikan pesan perubahan kebijakan korporasi atau perilaku sosial.
Sejumlah contoh keberhasilan boikot disampaikan, termasuk boikot yang menggagalkan konferensi LGBT di Inggris dan mengubah kebijakan Air France terkait transportasi hewan monyet.