KURASI MEDIA – Orang Indonesia mungkin akrab dengan tujuan wisata pendidikan dan budaya Indonesia, yang lebih dikenal sebagai Taman Mini Indonesia Indah, atau TMII.
Menempati area seluas 150 hektar di Desa Segar, Distrik Cipayung, Jakarta Timur, TMII menyatukan budaya 33 provinsi Indonesia dalam bentuk kepulauan mini, mulai dari Sabang hingga Merauke, dengan berbagai kebiasaan dan budaya.
Masing-masing kebiasaan dan budaya Indonesia ini membentuk identitas masing-masing wilayah di seluruh kepulauan.
Baca Juga:Jelang Tahun Baru, Kepadatan Kendaraan Terjadi di Ruas Jalan Bogor Menuju Sukabumi Intip Deretan Smartphone “Mid Range” yang Mendarat di Indonesia Selama Tahun 2023
Kekayaan kepulauan ini adalah gagasan untuk mengembangkan taman mini “Indonesia Indah” (TMII), yang dikenal sebagai Ibu Negara Siti Hartina atau Ibu Tien Suharto.
Gagasan tersebut terinspirasi dari pidato Presiden Soeharto mengenai keseimbangan pembangunan umum pada tahun 1971. Namun, gagasan tentang pembangunan suatu miniatur sudah mulai dimunculkan Ibu Tien Soeharto para 13 Maret 1970 dalam sebuah rapat Yayasan Harapan Kita di Jalan Cendana No. 8 Jakarta.
Dalam catatan sejarah, TMII mulai dibangun pada tahun 1972, dengan topografi asli TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya.
Tim perancang memanfaatkan ketinggian tanah yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam dan lanskap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.
Salah satu elemen penting dalam TMII adalah Danau Archipelago yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengah-tengah taman. Di sekeliling danau ini terdapat anjungan daerah yang mewakili 26 provinsi yang ada di Indonesia pada tahun 1975.
Setiap anjungan daerah memiliki rumah adat, benda-benda budaya, pakaian tradisional, tarian, dan tradisi daerah masing-masing. TMII diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1975 dengan nama Taman Mini “Indonesia Indah”.
Taman Mini “Indonesia Indah” pun hadir sebagai rangkuman kebudayaan 33 provinsi bangsa Indonesia dalam bentuk miniatur kepulauan Nusantara lengkap dengan anjungan daerah, bangunan dan arsitektur tradisional, kesenian daerah, taman rekreasi, dan berbagai macam wahana yang menawarkan sarana seni, rekreasi, dan edukasi bagi pengunjung.
Sejak kali pertama dibuka, kepemilikan dan pengelolaan TMII berada di bawah Yayasan Harapan Kita, milik keluarga Presiden Soeharto. Namun, pada April 2021, kepemilikan TMII diambil alih oleh Kementerian Sekretariat Negara RI.