KURASI MEDIA – Di tengah maraknya aplikasi penghasil uang di Indonesia, muncul satu nama yang sedang ramai diperbincangkan, yaitu aplikasi XFA AI. Aplikasi ini mengklaim bergerak di bidang penyewaan dan jual beli server, serta diklaim masih terbukti membayar para anggotanya hingga saat ini.
Aplikasi XFAA AI mulai menarik perhatian banyak orang dengan iming-iming keuntungan yang menjanjikan. Para anggota yang melakukan upgrade atau meningkatkan deposit investasi dengan menyewa server yang lebih mahal, dijanjikan keuntungan yang semakin besar.
Semakin mahal server yang disewa, semakin tinggi pula keuntungan yang diperoleh. Namun, pertanyaan krusial yang sering muncul adalah: “Sampai kapan aplikasi ini bisa terus membayar dan memberikan keuntungan?”
Baca Juga:ICONNET FEST X Festival Budaya 1000 Desa, Kolaborasi Lewat Inovasi dan KreasiKembangkan Inovasi TJSL Berkelanjutan, PLN Icon Plus Boyong 2 Penghargaan TJSL & CSR Award 2024
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Beberapa anggota mulai menyadari bahwa XFA diduga menggunakan skema Ponzi, di mana keuntungan yang diperoleh anggota awal sebenarnya dibayar dari dana anggota baru yang bergabung.
Dalam skema semacam ini, selama masih ada aliran dana dari anggota baru atau peningkatan deposit dari anggota lama, aplikasi akan terus beroperasi dan membayar anggotanya. Namun, begitu aliran dana ini terhenti, aplikasi berpotensi berhenti membayar dan menyebabkan kerugian besar bagi para anggota.
Salah satu hal yang membuat XFA semakin mencurigakan adalah keterkaitannya dengan nama perusahaan hosting server asal Inggris, yaitu XC Future Analytic (XFA) yang berbasis di Leeds. Perusahaan asli tersebut memungkinkan investor untuk berkontribusi pada biaya operasional server dan membaginya secara merata dengan pemangku kepentingan lainnya.
Sebagai imbalannya, investor menerima bagian dari keuntungan yang dihasilkan dari operasional server. Namun, nama besar XC Future Analytic ini diduga dicatut oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan aplikasi palsu yang menggunakan skema Ponzi di Indonesia.
Ada beberapa perbedaan mencolok antara perusahaan asli dengan aplikasi yang beredar di Indonesia. Misalnya, nama website. Website asli perusahaan ini adalah afa.com, sementara aplikasi yang ada di Indonesia menggunakan nama growafa.om. Selain itu, perbedaan lain terletak pada harga sewa server.
Di website asli, harga penyewaan server disesuaikan dengan kategori dan tipe masing-masing, serta dalam mata uang dolar. Contohnya, untuk Virtual CPU dengan kapasitas penyimpanan 16 GB, bandwidth 6 TB, dan storage 80 GB, harga sewanya sekitar $120 per bulan.