Film GJLS : Ibuku Ibu-Ibu Tayang 12 Juni 2025. Ini Sinopsis Singkatnya.

Gambar yang diambil dari cuplikan trailer film GJLS : Ibuku Ibu-Ibu
Gambar yang diambil dari cuplikan trailer film GJLS : Ibuku Ibu-Ibu
0 Komentar

KURASI MEDIA — Film baru garapan sutradara ternama tanah air Monty Tiwa mengusung genre drama komedi, Film ini diperankan oleh 3 komedian GJLS, Rigen Rakelna, Ananta Rispo, dan Hifdzi Khoir yang dikenal luas melalui podcast komedi mereka yang khas dan menghibur.

Pada film perdana karya GJLS ini, penonton diajak untuk mengikuti kisah Tyo (Bucek), seorang juragan kos yang baru saja kehilangan istrinya. Meski seharusnya ini menjadi momen berduka, anak-anak Tyo justru melihatnya sebagai peluang untuk melobi sang ayah agar menjual aset keluarga demi menutupi masalah keuangan mereka. Hifdzi membutuhkan uang untuk menikahi pacarnya yang hamil, Rigen pusing mencari mobil bos EO yang hilang, dan Rispo terjerat utang pinjaman daring.

Namun, cerita berubah ketika Tyo malah mengumumkan bahwa dia akan menikahi Feni (Nadya Arina), seorang SPG muda yang tinggal di kosnya. Keputusan Tyo untuk mewariskan usaha kos-kosan kepada Feni membuat ketiga anaknya curiga, dan mereka pun memulai serangkaian sabotase dengan cara yang absurd dan penuh humor.

Baca Juga:4 Rekomendasi Film yang Wajib Ditonton Buat yang Suka BertaniFilm Agak Laen 2 Memasuki Proses Syuting, Warganet: Nggak Sabar!

Drama semakin berkembang ketika Sumi (Luna Maya), teman lama Tyo, muncul dan mengguncang ketenangan keluarga tersebut. Ketiga anak Tyo pun semakin terpaksa berjuang untuk mempertahankan apa yang masih ada dari harta keluarga mereka dan harga diri mereka di mata sang ayah.

Film ini juga menampilkan sejumlah aktor ternama seperti Umay Shahab, Reynavenzka Deyandra, dan Maxime Bouttier, yang turut memeriahkan absurditas dalam film ini. Bahkan, karakter Davi (Muhammad Kadavi) yang memiliki kondisi sumbing menambahkan lapisan keunikan, dengan dialog yang “sulit dicerna” yang mengundang tawa.

Sutradara Monty Tiwa dengan cerdas menggabungkan adegan kesalahan (“bloopers”) dalam film untuk menghasilkan komedi yang lebih dinamis. Komedi absurd yang ada di GJLS bisa jadi membingungkan jika tidak ada struktur yang kuat selama 90 menit film. Oleh karena itu, Monty dan tim produksi mengemas cerita ini agar tetap bisa dinikmati oleh penonton.

Monty sendiri mengakui bahwa pendekatannya dalam penyutradaraan ini adalah inovasi baru di industri film Indonesia. Ia menyebut konsep “breaking the fourth wall”, di mana karakter berbicara langsung kepada penonton, namun di GJLS lebih ekstrem lagi, yaitu karakter yang berbicara langsung kepada sutradara.

0 Komentar