KURASI MEDIA – Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tengah menyoroti dugaan pembalakan liar di kawasan kaki Gunung Salak, Desa Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Dugaan tersebut menjadi perhatian karena berdampak pada kehidupan warga sekitar.
Menteri LHK Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan jika pihaknya sedang menangani problema ini. Dalam sebuah keterangan, Hanif menegaskan perlu adanya kerja sama yang melibatkan Pemprov Jabar dalam penertibannya.
“Kita akan segera tangani karena memang tenaga kita harus sepadu dengan Provinsi. kita perlu disituasionalkan,” ungkap Hanif pada Kamis (31/7/2025).
Baca Juga:Cek Rute Lodaya Bhayangkara Run 2025! Hindari Titik-Titik Kemacetan IniSesar Lembang Mengancam Bandung, BPBD Siapkan Alat Geotrack dan Konten Edukasi Gempa
Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun segera menanggapi laporan ini. Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Herman Suryatman menyatakan pihaknya sudah mengantongi instruksi langsung dari Gubernur untuk melakukan penelusuran dugaan alih fungsi lahan.
“Kami akan segera turun ke lokasi. Kalau ada pelanggaran, kami tindak. Kalau ada kerusakan, aparat penegak hukum akan dilibatkan,” tegasnya.
Sanksi administratif maupun pidana siap dilayangkan sesuai dengan beratnya pelanggaran. Menurut Herman, Dinas LH dan Dinas Kehutanan Jabar telah diminta untuk memeriksa langsung lokasi.
Aksi pembalakan ini tentu berimbas langsung pada warga. Warga di kaki Gunung Salak dihantui rasa takut akan bencana. Bentangan hutan tepatnya Blok Cangkuang, Desa Cidahu, Kabupaten Sukabumi kini berubah gersang dan gundul imbas dari pembalakan yang berlangsung selama dua tahun.
“Ada sekitar 70 hektare hutan, dan hampir setengahnya sekarang gundul. Diperkirakan lebih dari 15.000 batang pohon ditebang, hampir separuhnya itu (gundul),” ungkap Rohandi (75) pada Senin (28/7/2025).
Rohandi juga menambahkan, dampaknya mulai terasa di tiga desa sekaligus. Selain Desa Cidahu, Desa Jayabakti dan Desa Pondokaso juga mengeluhkan penuruan debit air kualitas air.
“Air yang dulu jernih, sekarang cepat keruh, bahkan kalau hujan sebentar. Kolam penampungan juga hanya terisi setengah,” keluhnya.
Baca Juga:Pajak Rumah Subsidi Gratis! Kebijakan Berlaku Hingga Tanggal SeginiBerkaca pada Jepang, Ini Pentingnya Teknologi untuk Antisipasi Bencana
Selain air yang menurun kualitasnya, vegetasi yang bernilai tinggi seperti Pohon Mangong, Damar, Saninten, Pasah, hingga Puspa juga labas dibabat.
Keluhan masyarakat ini merupakan kegelisahan atas rusaknya alam yang memungkinkan menimbulkan bencana. Tahun 2022, banjir bandang melanda kawasan Pondokasio. Sungai Cibojong meluap, membawa lumpur dan batang pohon yang kemudian menghantam pemukiman.