KURASI MEDIA – industri teknologi global masih menghadapi tantangan berat sepanjang 2025. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali terjadi dan bahkan menghantam perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft dan Google.
Dilansir dari beritasatu, menurut data dari platform crowdsourcing Layoffs.fyi, hingga Senin (4/8/2025), tercatat sebanyak 171 perusahaan teknologi di seluruh dunia telah melakukan PHK, yang berdampak pada sekitar 80.250 karyawan.
Tren ini merupakan kelanjutan dari krisis tenaga kerja yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2023, total 264.220 pekerja di 1.193 perusahaan teknologi kehilangan pekerjaannya. Sedangkan di sepanjang 2024, jumlah karyawan yang terdampak PHK mencapai 152.922 orang dari 551 perusahaan.
Baca Juga:Mendikdasmen Abdul Mu’ti Imbau Siswa Tak Main Roblox: Kontennya Tidak Baik untuk AnakRekomendasi Handheld Gaming PC Terjangkau di 2025!
Banyak pengamat menyebut bahwa gelombang PHK ini dipicu oleh masifnya investasi perusahaan teknologi ke sektor kecerdasan buatan (AI). Teknologi AI dinilai mampu menggantikan sejumlah fungsi pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia, sehingga memicu efisiensi tenaga kerja besar-besaran.
Namun, pendapat tersebut tidak sepenuhnya disetujui oleh semua pihak. Profesor bisnis dari Universitas Columbia, Oded Netzer, menilai situasinya jauh lebih kompleks. Ia menyebut bahwa langkah PHK yang diambil perusahaan tidak selalu berarti AI sepenuhnya menjadi penyebab utama.
“Memang ada perusahaan yang mengalihkan fokus investasinya ke AI sehingga mengurangi sektor lain dan terpaksa merumahkan pekerjanya. Namun, di saat yang sama, transformasi ini juga menciptakan lapangan pekerjaan baru di bidang terkait AI,” ujar Netzer, seperti dikutip dari CBS News.