KURASI MEDIA – Sebuah melodi pilu dari tahun 1980 kembali menggema di lorong waktu digital, empat dekade setelah dirilis. Lagu “The Winner Takes It All” dari ikon pop Swedia, ABBA, secara tak terduga menemukan kehidupan barunya dan menjadi tren viral di kalangan Generasi Z melalui platform TikTok. Namun, ini bukan sekadar tren biasa; ia telah menjadi sebuah himne bagi mereka yang merasa kalah oleh keadaan.
Dengan potongan lirik yang menusuk, “The winner takes it all, the loser’s standing small“, para pengguna TikTok merangkai narasi tentang kekalahan personal mereka. Muncul video-video sedih yang menceritakan mimpi kuliah yang harus dikubur karena tuntutan ekonomi, atau kisah mereka yang terpaksa menempuh jurusan pilihan orang tua, mengorbankan aspirasi pribadi. Tren ini seolah menjadi pengakuan kolektif bahwa tak semua orang memiliki kemewahan untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Di Balik Lagu, Cerminan Prahara Rumah Tangga ABBA
Apa yang membuat lagu ini begitu relevan hingga sekarang? Jawabannya terletak pada sejarah pedih di baliknya. ABBA, yang namanya merupakan akronim dari para anggotanya yaitu Agnetha Fältskog, Björn Ulvaeus, Benny Andersson, dan Anni-Frid Lyngstad bukan hanya rekan band, tetapi juga dua pasangan suami istri.
Baca Juga:Dominasi PSG dalam Perebutan Ballon d'Or 2025, Wajah Baru Siap Menggebrak!Laga Puncak Emirates Cup 2025: Arsenal vs Athletic Bilbao, Ajang Pembuktian Dua Tim Terluka
Lagu “The Winner Takes It All” lahir dari puing-puing pernikahan Agnetha dan Björn. Björn, bersama Benny, menulis liriknya sebagai ekspresi jujur dan brutal tentang perceraian mereka. Ironisnya, lagu yang menggambarkan kekalahan, perpisahan, dan rasa tak berdaya ini harus dinyanyikan oleh Agnetha, sang mantan istri, yang suaranya sarat dengan pendalaman emosi yang tulus. Perpaduan antara lirik yang ditulis oleh sang “pemenang” dan vokal penuh kepedihan dari sang “pecundang” menciptakan sebuah mahakarya yang abadi.
Keretakan ini pula yang pada akhirnya memicu bubarnya ABBA pada tahun 1982, setelah pasangan kedua, Benny dan Anni-Frid, juga bercerai.
Dari Perceraian di Swedia ke Jeritan Hati di Jagat Maya
Kini, kepedihan yang sama dirasakan dan diekspresikan kembali oleh generasi yang berbeda, untuk pergulatan yang berbeda pula. Lagu ini menjadi jembatan emosional antara prahara rumah tangga di tahun 80-an dengan gejolak hidup anak muda di era modern.