KURASI MEDIA – Nelson mandela adalah contoh nyata seorang pemuda yang mengubah dunia dengan kecerdasan berpikir dan tindakan nyata. Ia hidup di tengah sistem apartheid yang menindas mayoritas rakyat afrika selatan.
Sejak muda, mandela tidak hanya mengkritik, tetapi juga bergerak dengan strategi politik yang matang. Ia memperjuangkan hak-hak kesetaraan dengan keberanian, meskipun harus menghabiskan 27 tahun di penjara.
Namun, mandela tidak membiarkan kebencian menguasai hatinya. Ketika akhirnya bebas, ia memilih jalan rekonsiliasi daripada balas dendam.
Baca Juga:17+8 Tuntutan Nasional Rakyat 2025, dari Reformasi DPR hingga Harga PokokPerkuliahan di Berbagai Kampus Diberlakukan Daring 1–4 September, Antisipasi Situasi Nasional
Ia membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi (truth and reconciliation commission) yang memungkinkan para pelaku apartheid untuk mengakui kesalahan mereka secara terbuka dan bertanggung jawab tanpa takut dihukum.
Dengan cara ini, ia menghindari pertumpahan darah dan mencegah perpecahan lebih dalam di afrika selatan. Selain itu, mandela juga mengajak semua warga, baik kulit putih maupun kulit hitam, untuk bersama-sama membangun afrika selatan yang baru.
Salah satu langkah simbolisnya adalah mendukung tim rugby nasional afrika selatan, yang sebelumnya dianggap sebagai simbol supremasi kulit putih.
Dengan pendekatan ini, mandela berhasil menyatukan bangsanya dan menciptakan perdamaian di tengah perbedaan. Bayangkan jika Nelson Mandela memilih balas dendam, bukan rekonsiliasi.
Jika ia membiarkan amarahnya menguasai hati, Afrika Selatan mungkin masih terjebak dalam konflik berkepanjangan. Tapi ia memilih jalan yang lebih sulit—jalan perdamaian, persatuan, dan pembangunan.
Sekarang, lihatlah Indonesia. Negeri yang kaya akan keberagaman, tetapi sering kali terpecah oleh politik dan kepentingan. Kita marah ketika melihat ketidakadilan, kita kecewa dengan janji-janji pemimpin yang tak terpenuhi, dan kita lelah dengan perpecahan yang terus menggerogoti bangsa ini.
Namun, apakah kita hanya akan diam? Apakah kita akan membiarkan rasa putus asa menang? Kita tidak lagi melawan penjajah dengan senjata, tetapi melawan kebodohan, hoaks, korupsi, dan apatisme.
Baca Juga:Koalisi Ojol Nasional Desak Kapolri Usut Tuntas Insiden Ojol Terlindas Barakuda Brimob di Depan DPRDaftar Peringatan Hari Nasional dan Internasional Bulan September 2025
Sejarah menunjukkan bahwa perubahan besar selalu dimulai oleh pemuda. Dari pergerakan kemerdekaan hingga reformasi, pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam membangun negeri.
Mungkin saat ini terdapat beberapa pemuda yang bercita-cita menjadi pemimpin negeri ini. Sejak kecil, mereka diajarkan bahwa kejujuran adalah kunci kehormatan, bahwa seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi rakyatnya.