Saatnya Membersihkan Hati, Kembali Pada Nasionalisme Sejati

Nasionalisme
Ilustrasi nasionalisme. (Pixabay/Jorono)
0 Komentar

Di Indonesia, pemuda bisa mendorong transparansi pemerintahan dengan aktif mengawasi kebijakan dan menuntut akuntabilitas pemimpin. Kampanye anti-hoaks dan edukasi politik berbasis data menjadi langkah penting untuk melawan propaganda yang hanya memperkeruh keadaan.

Nelson Mandela mengajarkan kita bahwa politik yang bersih bukanlah mimpi, tetapi bisa diwujudkan dengan keberanian untuk jujur, berani menolak balas dendam, dan berani mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Jika Mandela bisa melakukannya dalam situasi yang jauh lebih sulit, mengapa kita tidak?

Saatnya kita menuntut pemimpin yang berani jujur. Saatnya kita menolak politik kotor. Saatnya kita, sebagai rakyat, menjadi pengawal transparansi dan

Baca Juga:17+8 Tuntutan Nasional Rakyat 2025, dari Reformasi DPR hingga Harga PokokPerkuliahan di Berbagai Kampus Diberlakukan Daring 1–4 September, Antisipasi Situasi Nasional

Mengutamakan Rekonsiliasi Daripada Polarisasi Nelson Mandela mengajarkan bahwa perlawanan sejati bukanlah dengan kebencian, melainkan dengan kecerdasan dan keberanian.

Nelson Mandela tidak membalas dendam kepada mereka yang menindasnya, tetapi memilih rekonsiliasi untuk membangun Afrika Selatan yang baru.

Situasi politik Indonesia sering kali diwarnai oleh polarisasi antara kelompok-kelompok dengan kepentingan yang berbeda. Pemuda harus belajar dari Mandela dengan membangun jembatan antara berbagai pihak, bukan justru memperdalam perpecahan.

Salah satunya dengan mengadakan diskusi lintas kelompok dan menciptakan ruang dialog yang inklusif bisa menjadi solusi untuk meredakan ketegangan politik.

Indonesia tidak akan maju jika kita terus terpecah. Sudah saatnya kita mengutamakan rekonsiliasi, bukan polarisasi. Mari berhenti melihat perbedaan sebagai alasan untuk bermusuhan.

Mari mulai melihatnya sebagai kekuatan untuk membangun bangsa. Karena pada akhirnya, Indonesia bukan milik satu kelompok atau satu partai—Indonesia adalah rumah kita bersama.

Begitu pula Nelson Mandela, yang memilih jalan rekonsiliasi daripada balas dendam setelah bertahuntahun dipenjara. Ia tahu bahwa Afrika Selatan tidakakan pernah maju jika ia terjebak dalam dendam dan pertikaian politik yang tiada akhir.

Baca Juga:Koalisi Ojol Nasional Desak Kapolri Usut Tuntas Insiden Ojol Terlindas Barakuda Brimob di Depan DPRDaftar Peringatan Hari Nasional dan Internasional Bulan September 2025

Ia merangkul lawannya, bukan untuk mengalah, tetapi untuk membangun negeri yang lebih baik. Hari ini, kita membutuhkan pemimpin dan pemuda yang memiliki kebesaran jiwa seperti mereka.

Pemimpin yang berani mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan rakyat. Pemuda yang tidak terjebak dalam fanatisme politik sempit, tetapi mampu berpikir luas untuk mencari solusi bagi bangsa.

0 Komentar