Saatnya Membersihkan Hati, Kembali Pada Nasionalisme Sejati

Nasionalisme
Ilustrasi nasionalisme. (Pixabay/Jorono)
0 Komentar

Maka, inilah panggilan bagi kita semua. Jika kita benar-benar mencintai Indonesia, berhentilah menjadikan politik sebagai ajang pertikaian. Jadikanlah ia sebagai alat untuk membangun.

Berhentilah mencari kemenangan pribadi di atas penderitaan rakyat. Karena negeri ini tidak membutuhkan lebih banyak perpecahan, melainkan lebih banyak jiwa yang rela mengorbankan egonya demi masa depan yang lebih baik.

Sebab, Indonesia yang kuat bukanlah Indonesia yang dikuasai oleh segelintir orang. Indonesia yang kuat adalah Indonesia yang dibangun oleh mereka yang berani mengutamakan bangsa di atas segalanya.

Baca Juga:17+8 Tuntutan Nasional Rakyat 2025, dari Reformasi DPR hingga Harga PokokPerkuliahan di Berbagai Kampus Diberlakukan Daring 1–4 September, Antisipasi Situasi Nasional

Hari ini, pilihan ada di tangan kita. Apakah kita ingin dikenang sebagai generasi yang terpecah karena ego, atau sebagai generasi yang menyatukan bangsa dengan kebijaksanaan? Bersatu, bukan untuk menang sendiri, tetapi untuk menang bersama sebagai bangsa

Mengedepankan Kepentingan Bangsa Di Atas Ego Politik

Dalam sejarah panjang bangsa-bangsa besar, kejayaan tidak pernah lahir dari perpecahan, tetapi dari persatuan. Bukan dari perebutan kekuasaan, tetapi dari keikhlasan mengutamakan kepentingan rakyat di atas segalanya.

Indonesia, negeri yang dibangun di atas semangat gotong royong dan keberagaman, hari ini diuji: Apakah kita masih memiliki jiwa besar untuk mendahulukan bangsa ini daripada kepentingan pribadi dan golongan?

Di setiap sudut negeri, kita melihat pertarungan kepentingan yang sering kali melupakan akar perjuangan bangsa. Politik yang seharusnya menjadi alat untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat, justru sering digunakan untuk memperkuat dominasi segelintir orang.

Debat yang seharusnya melahirkan solusi, berubah menjadi ajang saling menjatuhkan. Kebijakan yang seharusnya berpihak pada rakyat, tersandera oleh ambisi kelompok tertentu.

Namun, sejarah mengajarkan kita bahwa kejayaan bangsa tidak ditentukan oleh siapa yang paling kuat atau paling berkuasa, tetapi oleh mereka yang berani menanggalkan egonya demi kepentinganm yang lebih besar.

Lihatlah para pendiri bangsa—Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan para pejuang lainnya. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, dengan ideologi yang beragam. Namun, mereka memilih untuk duduk bersama, menekan ego masing-masing, dan merumuskan dasar negara yang menyatukan semua.

Baca Juga:Koalisi Ojol Nasional Desak Kapolri Usut Tuntas Insiden Ojol Terlindas Barakuda Brimob di Depan DPRDaftar Peringatan Hari Nasional dan Internasional Bulan September 2025

Bukan karena mereka tidak memiliki ambisi pribadi, tetapi karena mereka memahami satu hal: bahwa bangsa ini jauh lebih besar daripada sekadar kepentingan individu.

0 Komentar