Ketika Nasionalisme dibelokkan oleh politik identitas, Indonesia tidak akan maju jika kita sibuk bertikai. Di tengah dinamika politik dan sosial yang kadang memecah belah, gerakan sosial berbasis gotong royong dan kerja sama antar komunitas dapat menjadi solusi untuk memperkuat nasionalisme sejati.
Gerakan sosial ini bukan sekadar wacana, tetapi solusi nyata untuk mengembalikan nasionalisme yang sehat dan membangun persatuan di tengah perbedaan. Indonesia tidak akan maju jika terus terpecah oleh politik identitas.
Saatnya kita kembali pada gotong royong, kebersamaan, dan kerja sama lintas komunitas untuk membangun negeri yang lebih baik.
Ayo, Bergerak Maju!
Baca Juga:17+8 Tuntutan Nasional Rakyat 2025, dari Reformasi DPR hingga Harga PokokPerkuliahan di Berbagai Kampus Diberlakukan Daring 1–4 September, Antisipasi Situasi Nasional
Jangan hanya menjadi saksi zaman, tetapi jadilah pembawa perubahan. Indonesia tidak akan berubah jika kita hanya menunggu, Indonesia akan berubah jika kita mau bertindak!
“Sebuah bangsa tidak akan runtuh oleh musuh dari luar, tetapi oleh kebencian di dalamnya.” – Nelson Mandela-
Membangun Kesadaran Nasionalisme yang Sehat
Nasionalisme sejati bukanlah sekadar kebanggaan terhadap tanah kelahiran, tetapi kesadaran untuk membangun kebersamaan, kesetaraan, dan persatuan tanpa kebencian.
Nasionalisme yang sejati adalah ketika kita bisa melihat sesama anak bangsa sebagai saudara, bukan sebagai lawan Nasionalisme yang sehat harus menjadi jembatan, bukan tembok pemisah.
Cinta terhadap Indonesia tidak boleh berarti meniadakan atau menyingkirkan pihak lain. Nasionalisme yang sehat adalah ketika kita lebih peduli terhadap kesejahteraan bersama daripada sekadar kemenangan kelompok.
Ini adalah tentang keadilan, tentang memastikan bahwa tidak ada satu pun anak bangsa yang tertinggal hanya karena perbedaan latar belakangnya. Namun, semangat ini sering kali terancam oleh politik identitas—praktik yang mengeksploitasi perbedaan untuk kepentingan sempit segelintir pihak.
Politik identitas sering kali menyamar sebagai nasionalisme. Ada pihak-pihak yang mengklaim membela kepentingan bangsa, tetapi justru memecah belah rakyat dengan narasi “kami vs mereka”.
Baca Juga:Koalisi Ojol Nasional Desak Kapolri Usut Tuntas Insiden Ojol Terlindas Barakuda Brimob di Depan DPRDaftar Peringatan Hari Nasional dan Internasional Bulan September 2025
Mereka menggunakan suku, agama, atau ras sebagai senjata politik, bukan sebagai kekayaan budaya yang harus dijaga bersama. Akibatnya? Masyarakat tidak lagi melihat sesama sebagai saudara sebangsa, tetapi sebagai musuh yang harus dikalahkan.