Namun, dari tantangan-tantangan tersebut juga lahir sejumlah pelajaran berharga yang memperkuat arah intervensi ke depan. Edukasi langsung secara tatap muka dan dilakukan secara berulang terbukti jauh lebih efektif dibandingkan hanya membagikan materi cetak atau penyuluhan massal.
Pendampingan intensif menjadi kunci percepatan perubahan perilaku, terlebih ketika melibatkan tokoh masyarakat seperti ketua RT, PKK, dan kader lingkungan yang dekat dengan warga.
Motivasi masyarakat pun beragam—mulai dari dorongan sosial seperti rasa malu kepada tetangga jika tidak memilah, hingga insentif ekonomi yang diperoleh dari penjualan sampah anorganik ke bank sampah.
Baca Juga:Mendorong Perubahan dari Lingkungan RT: ISWMP Ajak Kabupaten Bandung Barat Memilah Dari SumberMengubah Sampah Jadi Solusi: Desa Tegalsari Role Model Baru Pengelolaan Berbasis di Purwakarta
Menariknya, kehadiran fasilitas yang sederhana namun tepat guna, seperti komposter rumahan atau stiker edukasi di depan rumah, mampu mengubah cara pandang warga terhadap sampah.
Proses ini menegaskan bahwa perubahan nyata tidak selalu bergantung pada infrastruktur besar, tetapi justru berakar pada pendekatan yang konsisten, partisipatif, dan menyentuh kehidupan sehari-hari warga.
Mendorong Replikasi dan Penguatan Kebijakan: Dari Empat RT untuk Seluruh Kota
Pilot project ini bukanlah tujuan akhir, melainkan fondasi awal dalam upaya memperluas implementasi Kawasan Bebas Sampah (KBS) di Kota Bandung. Praktik baik yang berhasil diterapkan di empat RT percontohan menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat berjalan efektif jika didukung oleh pendekatan yang tepat dan partisipasi aktif warga.
Keberhasilan ini diharapkan menjadi inspirasi sekaligus model replikasi bagi RT-RT lainnya, khususnya di wilayah layanan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) baru seperti Holis II dan Gedebage.
Program ISWMP, bersama Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Barat, saat ini tengah menyusun rencana strategis untuk mendorong replikasi program secara terstruktur.
Langkah-langkah yang dirancang mencakup penguatan kapasitas kader lingkungan, penyusunan standar operasional prosedur (SOP) teknis pengelolaan sampah tingkat RT, serta pengembangan skema insentif yang mampu meningkatkan dan mempertahankan partisipasi warga dalam jangka panjang.
Kota Bandung telah menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari lingkup yang kecil. Empat RT percontohan membuktikan bahwa dengan pendampingan yang konsisten, sarana yang memadai, dan dukungan penuh dari warga serta pemerintah lokal, sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas bukan lagi sekadar wacana—melainkan telah tumbuh menjadi praktik nyata.