Trump Sindir Xi Jinping, Putin, dan Kim Jong Un Usai Bertemu di Beijing

Trump Sindir Xi Jinping, Putin, dan Kim Jong Un Usai Bertemu di Beijing
Trump Sindir Xi Jinping, Putin, dan Kim Jong Un Usai Bertemu di Beijing (beritasatu.com)
0 Komentar

KURASI MEDIA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan kritik keras terhadap pertemuan Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Rusia Vladimir Putin serta pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Ketiganya bertemu dalam acara peringatan 80 tahun kemenangan perang perlawanan rakyat Tiongkok di Tian’anmen, Beijing, Rabu (3/9/2025), yang juga turut dihadiri Presiden Indonesia, Prabowo Subianto.

Dilansir BBC, Trump menuding Xi Jinping sedang berkonspirasi melawan AS bersama para pemimpin Rusia dan Korea Utara. Melalui akun Truth Social, Trump menulis:

“Sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin dan Kim Jong Un saat kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat.”

Trump Sentil Sejarah Dukungan AS untuk China

Baca Juga:Tawarkan Promo Bunga Spesial KPR dan KKB Mulai 1,65%, BCA Expo Bandung 2025 Sukses Digelar Selama 2 Hari10 HP 1 Jutaan RAM 8GB Terbaru 2025, Spek Gahar Harga Murah

Dalam unggahan yang sama, Trump juga menyinggung kembali peran besar Amerika Serikat dalam membantu China saat Perang Dunia II.

“Banyak warga Amerika yang gugur dalam perjuangan China meraih kemenangan dan kejayaan. Saya berharap mereka pantas dihormati dan dikenang atas keberanian serta pengorbanan mereka,” tulis Trump.

Menariknya, sebelumnya Trump menolak anggapan bahwa kedekatan hubungan antara China, Rusia, dan Korea Utara bisa menjadi tantangan besar bagi Washington di panggung global. Namun, komentar terbarunya menunjukkan kekhawatiran Trump atas penguatan poros Beijing–Moskow–Pyongyang.

China selama ini memosisikan diri sebagai penyeimbang pengaruh AS, terutama sejak kebijakan tarif dagang era Trump mengguncang tatanan ekonomi dan politik internasional.

Perayaan 80 tahun kemenangan perang perlawanan rakyat Tiongkok yang digelar Xi Jinping dihadiri sekitar 26 kepala negara. Sejumlah pengamat menilai, acara tersebut bukan hanya seremoni sejarah, melainkan juga sinyal politik kepada negara-negara Barat yang kian menjauh dari Beijing, Moskow, dan Pyongyang. (*)

0 Komentar